Rabu, 10 Oktober 2012

TKI Hongkong Berkemungkinan Terkena HIV

 
 Awas HIV AIDS

Satudunia, Jakarta. Sebuah foto hasil capture webcam memperlihatkan adegan (maaf) masturbasi dilakukan seorang wanita. Yang memprihatinkan, si pelaku ternyata tenaga kerja wanita (TKW) asal Indonesia di Hongkong. Tidak sedikit pelakon aksi tidak senonoh tersebut adalah buruh migran perempuan di sejumlah negara, seperti Hongkong, Taiwan dan sebagainya.
Bukan cerita baru, jika cukup banyak TKW kita di Hongkong berani memamerkan auratnya di depan kamera saat chatting. Tanpa sungkan-sungkan, terkadang mereka mau mengikuti setiap adegan yang diminta pasangan chattingnya atau mayoritas penghuni chat room. Aksi buka-bukaan dilakukan tidak memandang tempat, bisa yang sifatnya umum seperi warnet, rumah majikan atau tempat tinggal.
Rekaman maupun foto-foto TKW yang berani mempertotonkan erotisme sangat mudah ditelusuri via internet. Dengan mesin pencari google, maka peselancar dunia maya dapat melihat video dan hasil capture dari aksi vulgar TKW tersebut. Mulai dari tontonan seks swalayan, sampai menyerupai adegan sejenis.
Kemajuan teknologi dan pengaruh lingkungan, aturan dan budaya negara tujuan turut memicu para TKW melakukan ekshebisionisme di dunia maya. Kebiasaan demikian bukan tidak mungkin dapat memancing prilaku seks bebas, yang tentu rawan akan penyebaran HIV/AIDS. Apalagi di negara tujuan mereka tidak terawasi, jauh dari keluarga dan kurang memahami persoalan infeksi menular seksual dan HIV/AIDS.
“Wah mas banyak kok teman-teman TKW di sini (Hongkong) suka pada showcam. Ya buat seneng-seneng aja. Teman-teman banyak yang punya pacar orang Pakistan atau bule. Mereka juga suka ke diskotik sama pacarnya,” ungkap Ayu, TKW di Hongkong asal Jawa Timur, pada SatuDunia beberapa waktu lalu.
Ayu mengaku tidak menutup mata jika beberapa rekannya ketika kembali ke tanah air pernah melakukan hubungan badan dengan teman pria yang baru dikenalnya lewat chatting. “Pas turun di Bandara, kadang cowoknya jemput. Setelah itu, mereka kadang mampir dulu ke hotel atau jalan-jalan dulu dengan cowoknya. Habis itu, baru deh TKW-nya pulang ke kampung ketemu keluarganya,” papar Ayu.
Cerita Ayu di atas mungkin sering terdengar. Maka tak heran jika TKW yang bekerja di beberapa negara tujuan terutama Hongkong dan Taiwan cukup rentan untuk melakukan hubungan seks di luar nikah. Sebab di Hongkong kesempatan untuk melakukan seks bebas aksesnya lebih terbuka ketimbang di negara Timur Tengah atau Malaysia yang lebih punya aturan ketat soal ini.
Kepala Pusat Penelitian Gender Universitas Brawijaya (UB) Malang Prof Dr Keppi Sukesi, sebagaimana dikutip www.surya.co.id mengungkapkan, hasil penelitian tahun 2009, dari 209 orang responden TKW yang diteliti, sebagian besar TKW di Hongkong mengaku pernah menjalani seks bebas, bahkan tujuh di antaranya hamil. Mereka yang positif hamil tersebut mengaku tidak terikat pernikahan sah. Penelitian tersebut dilakukan terhadap para TKW yang mendarat di Bandara Djuanda Surabaya.
Hasil berbeda didapat dari penelitian terhadap TKW yang bekerja di Malaysia dan Arab Saudi.  Untuk TKW yang bekerja di Malaysia dan Arab Saudi, risiko melakukan seks bebas sangat kecil, karena berbagai aturan ketat yang diterapkan pemerintah setempat.
Selain pengaruh perkembangan teknologi informasi, aturan, budaya dan, minimnya informasi dan pengetahuan tentang faktor-faktor risiko dan kerentanan yang dihadapi di negara tujuan menjadi pendorong dari prilaku menyimpang para buruh migran di Hongkong dan Taiwan.
Padahal hubungan atau kontak seksual masih menjadi penyebab tertinggi kasus penularan dan penyebaran virus HIV di Hongkong.
Data terbaru yang dirilis Departemen Kesehatan Hong Kong sebagaimana dikutip dari situs www.kampungtki.com,  menyebutkan, dari 396 kasus HIV baru yang muncul sepanjang tahun 2009, sebanyak 270 diantaranya terjadi karena hubungan atau kontak seksual, baik yang dilakukan oleh pasangan sejenis (sesama lelaki), beda jenis maupun mereka yang memiliki orientasi seksual ganda atau biseksual.
Sementara 14 kasus penyebaran HIV terjadi karena suntikan obat, satu kasus karena transfusi darah dan tiga kasuskarena kelahiran. Sementara itu, informasi yang dilansir Depkes juga menyebut dengan bertambah 71 orang yang positif HIV pada kuartal keempat tahun 2009 atau antara bulan Oktober-Desember 2009, maka total orangyang terkena HIV positif di Hong Kong sejak tahun 1984 mencapai 4443 orang.
Dari 71 kasus yang terjadi di kuartal keeempat tahun 2009 tersebut, 57 diantaranya adalah laki-laki dan 14 perempuan. Sementara kasus baru penderita AIDS yang muncul di kuartal keempat 2009 berjumlah 20 kasus. Sehingga total jumlah kasus AIDS di Hong Kong sejak tahun 195 mencapai 1106. Dari jumlah tersebut 50 persen terjadi karena kontakatau hubungan yang dilakukan pasangan heteroseksual dan 45 persen terjadi pada hubungan homoseksual atau biseksual.
Sementara itu, dari total 4.443 kasus HIV positif yang terjadi sejak tahun 1984, 2.954 diantaranya terjadi pada komunitas China, sementara 1.489 terjadi pada komunitas non-China.
Peran Pemerintah
Tingginya risiko penularan HIV/AIDS di Hongkong bagi para TKW menuntut negara turut memberi perhatian ekstra terhadap persoalan ini.
Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) dan pengerah jasa tenaga kerja tidak hanya memberi bekal ketrampilan saja sebelum memberangkatkan mereka ke luar negeri, namun juga dibekali dengan wawasan kehidupan di luar negeri dan etika.
Luputnya perhatian terhadap tenaga kerja Indonesia (TKI), karena kurangnya pemahaman soal faktor-faktor kerentanan migrasi, dan perspektif keliru pemerintah terhadap buruh migran. “Sekali lagi, buruh migran tidak dilihat pemerintah sebagai entitas manusia yang harus dilindungi, tapi lebih pada entitas ekonomi. Jadi perniagaannya saja yang dilihat. Kalau dari awal dia (SBY) sudah punya pandangan migran protection, setidaknya soal hak-hak buruh migran sudah melekat di benaknya,” ujar Thaufiek Zulbahary, Ketua Devisi Program Migrasi, Trafiking dan HIV/AIDS Solidaritas Perempuan pada SatuDunia.
Menurut Thaufiek, pemerintahan SBY tidak paham hubungan migrasi dan kerentanan HIV. Maka itu, SBY berserta jajarannya perlu informasi dan pengetahuan yang banyak soal relasi antara migrasi dan HIV. “Bukan hanya presiden, tapi juga pemerintah Indonesia umumnya perlu dikuatkan informasinya,” kata Thaufiek.
Bagaimana informasi itu diberikan, salah satunya adalah memberikan bukti-bukti hasil riset tentang persoalan buruh migran dan HIV, dan faktor-faktor kerentanan berimigrasi.  “Hasil riset itu perlu dipublikasi dan diadvokasi ke mereka. Bukti-bukti itu harus didorong ke mereka (SBY dan Pemerintah),” tegasnya.
Sekilas TKW di Hongkong
Di Hongkong jumlah buruh migran tiap tahunnya selalu bertambah. Saat ini tercatat sekitar 124.000 buruh migran yang bekerja di Hongkong. Sebagian besar dari mereka (99 persen) bekerja di sektor rumah tangga.
Namun, untuk TKW di Hongkong dan Taiwan cukup terbuka karena seminggu sekali mereka bisa pergi kemana saja dan kehidupannya juga bebas. Buruh migran wanita di Hongkong manfaatkan waktu liburnya untuk bertemu lawan jenis. Bahkan ada sebagian dari mereka melakukan hubungan sejenis (lesbian).
Semua hal itu lantaran para buruh migran Indonesia di Hongkong memiliki hak dan kewajiban yang sama, dan standar kontrak kerja yang telah diatur sedemikian rupa oleh pemerintah Hongkong, salah satunya hak untuk libur.
Jatah libur satu hari dalam seminggu, memberikan ruang pada pekerja migran Indonesia untuk melakukan banyak aktifitas. Sehingga tidak heran jika lapangan Victoria Park mendadak berubah menjadi ”Kampung Jawa”, pada hari minggu.
Pemandangan akibat dampak moderenitas pada TKW di Hongkong salah satunya dapat dijumpai di Causeway Bay. Para TKW Indonesia  berdandan modis. Sementara mereka yang terlibat cinta sesama jenis dengan santainya berjalan sambil saling merangkul pundak.
Untuk urusan fashion nampaknya TKW kita tidak pernah ketinggalan jaman. Rambut pun mengikuti trend, seperti disemir warna pirang dan potongan asimetris khas harajuku, hingga pemakaian beragam aksesori di tubuh.

TKI hongkong Menjadi budak India, Banglades, Pakistan, Nepal

sebagian besar orang hanya berpendapat saja tanpa di sertai bukti-bukti yang kuat kini saya ingin mengangkat bukti dan silahkan anda yang berpendapat


TKI di Hongkong Mudah di perdaya




Seorang Gadis, sebut saja Bunga tengah termenung meratapi nasib di sebuah bangku di ruang tunggu sore itu. Matanya sembab, rambutnya kusut, dan hanya menjawab sekenanya ketika ditanya. Bawaannya tak seperti teman-temannya yang lain. Dia hanya pulang dengan membawa sebuah tas tangan kecil dan sebuah tas yang sepertinya berisi pakaian. Kecil juga.
Hari ini Bunga, yang bekerja sebagai TKW ‘terpaksa’ dipulangkan ke tanah airnya oleh sang majikan lantaran telah hamil 4 bulan,

yang artinya dia telah melanggar kesepakatan bersama sewaktu baru mulai bekerja. Sekitar setahun yang lalu, Bunga yang baru datang di Hongkong berkenalan dengan seorang pria asal Pakistan. Begitu simpatik, penuh perhatian dan pandai mengumbar berjuta kata pujian. Bungapun, yang merasa sendiri, jauh dari keluarga, butuh hiburan dan haus kasih sayang di negeri orang terhanyut, terbawa ke dalam buaian manis si Pakistan itu. Merekapun, saling mengumbar cinta, dari mulut hingga berakhir di sebuah guest room di suatu hari libur. Merasa nyaman dengan si Pakistan, Bungapun tak lagi memperdulikan bagaimana menjaga sesuatu yang harus dijaga.
Namun sekitar sebulan setelahnya, si Pakistan nan simpatik dan penuh perhatian tiba-tiba menghilang entah kemana. Jangankan menemui, ketika dihubungipun tak seperti biasanya, mendadak handphone nya tak aktif. Hari berganti minggu… dan seperti mendapat durian runtuh, di suatu malam, tiba-tiba ponsel Bunga berdering. Dari si Pakistan !
Alih-alih mengumbar kata cinta dan sayang setelah sekian lama tak bertemu, si Pakistanpun bercerita kalau dia sedang dalam kesulitan. Menurutnya, Ibunya sakit, dan usahanya barusan pailit. Adiknya ditahan polisi gara-gara difitnah. Itulah alasan kenapa dia tak menghubungi Bunga beberapa hari ini. Bungapun jatuh iba, bagaimana mungkin orang yang dia sayangi dengan tulus sedang dalam kesulitan sementara dia duduk manis berdiam diri? Lalu, ketika si Pakistan meminta Bunga agar dia meminjami sejumlah uang dan perhiasan yang dia kenakan dari desa, tanpa ragu Bungapun menyetujui. Sejumlah uang yang mestinya dia kumpulkan untuk bekal pulang kampung dengan mudahnya melayang ke tangan si Pakistan, juga perhiasan pemberian orang tuanya di kampung ikut berpindah tangan. Demi cintanya kepada si Pakistan.
Si Pakistan berlalu meninggalkan Bunga yang terus menatap penuh harap. Berharap hari minggu berikutnya mereka kembali bertemu dan berbagi rindu. Namun minggu berganti minggu si Pakistan tetap membiarkan Bunga menunggu. Tak satupun nomer ponsel yang bisa dihubungi dan ketika Bunga memberanikan diri mendatangi alamat yang diberikan si Pakistan, Bunga mendapati kenyataan yang amat sangat membuatnya terpukul. Ternyata si Pakistan sudah hampir dua tahun tidak tinggal di situ dan mendengar cerita Bunga, semua orang di apartemen itu hanya tergelak dan mengatakan kalau itu memang “job” nya si Pakistan. Menipu para TKW baru dengan kedok cinta dan membawa tidak hanya kehormatan mereka, tapi juga sejumlah uang hasil jerih payah bekerja sebagai TKW.
Kini Bunga hanya dapat menyesali semua, mengutuki diri habis-habisan, meraung dan menangisi segala yang telah hilang dari dirinya serta… bayi yang kini berada dalam kandungannya. Bungapun linglung, putus asa dan tak berdaya. Sang majikan, yang akhirnya mengetahui dirinya hamil serta merta lapor ke agen penyalur yang akhirnya memutuskan kontrak kerja. Tanpa pesangon. Dan Bungapun harus pulang tanpa membawa kebanggaan.
Entah bagaimana Bunga harus berkata pada orang tua yang tengah menanti dengan cemas di desa, entah bagaimana Bunga harus membesarkan jabang bayi yang ada di perutnya… Sungguh, saya berharap ini hanya cerita fiksi rekaan saya, tapi bukan… seorang TKW, teman Bunga yang menceritakan ini pada saya, di ruang tunggu bandara di Hong Kong, di samping Bunga yang tengah layu…
sebagai pelajaran bagi semuanya agar jangan sampai terjebak dalam situasi yang sangat tragis itu dasar iman dan dorongan cita-cita yang pertama kali akan kita raih waktu kita akan berangkat harus tetap kita ingat agar tidak tersesat dalam lingkaran setan yang membuat kita menjadi terpuruk hina dan tidak bermartabat.